Kualitas Tayangan Televisi Jaman Sekarang


Kali ini judul postingan saya rasanya agak berbau sindiran, tapi untungnya bukan anarkis. Akhir-akhir ini saya agak sensi, bukan karena lagi kangker (kantong kering) ato dikejar-kejar penagih utang, ato lagi diusilin temen-temen ato sedang datang bulan, apalagi datang matahari (waks,, apa’an tuh??), tapi karena pas lagi suntuk dan pengen rileks dengan menikmati acara tv, malah nggak ada acara yang oke. Ckckcckckck,, waktu luang saya hampir berakhir dengan mengenaskan. Untung saja ada film hasil downlod-an, hehe… selamatlah daku.. 😀

Saya angkat tema ini berangkat dari keprihatinan saya menyaksikan acara tv lokal yang saat ini semakin hari semakin tidak bermutu, tidak mendidik dan tidak menghibur. Tak jarang banyak orang berbondong-bondong berlangganan tv kabel, karena memang acara siaran tv luar negeri jauh lebih berbobot dan keren, sangat kontras jika dibandingkan dengan acara tv lokal. Memang tidak semua acara di tv lokal tidak bermutu, ada juga yang bermanfaat, namun kebanyakan ya begitulah, gak jelas.. (GJ :P).

Apa yang biasanya kita lakukan kala sedang menikmati waktu senggang? Entah sedang sendirian/berkelompok. Biasanya kalau tidak nonton tv, bercengkrama dengan keluarga, ngobrol bareng teman/tetangga (ngegosip paling :D), tidur, baca buku (komik/majalah/novel/koran juga bisa), dengerin musik (mp3/radio), atau tidak melakukan apa-apa alias ngelamun? Sepertinya lebih banyak dilakukan untuk opsi yang pertama, ya, nonton tv. Dua puluh tahun yang lalu, opsi ini tampaknya masih mustahil untuk dilakukan oleh banyak masyarakat kita. Karena selain masih model tv hitam putih (monochrome), siarannya juga cuman ada 1 saja, yaitu TVRI. Kalau sekarang, macam-macam siaran sudah ada, ditambah lagi fasilitas lebih yang ditawarkan para penyedia layanan tv kabel, makin membuat kita malas beranjak dari depan tv. Bahkan beberapa kegiatanpun dilakukan bersamaan sambil menonton/sekedar mendengarkan berita acara di tv.

Ada 3 jenis orang yang tidak akan menonton tv, yaitu:

  1. Orang super sibuk. Dikarenakan kesibukannya, bahkan dia tidak sempat menonton tv, mungkin hanya sesaat (ketika akan berangkat kerja misalnya). Hal ini biasa ditemui di daerah metropolis/perkotaan. Orang macam ini mendapatkan informasi dari media lain, misalnya saja dari media massa maupun internet. Tapi hal ini tidak terus menerus terjadi, ada kalanya mereka juga memiliki waktu senggang yang digunakan untuk menonton tv.
  2. Orang yang memang tidak mau menonton tv. Bukannya tidak memiliki tv/sangat sibuk/sedang dalam area karantina, tetapi karena memang dia memilih untuk tidak mengkonsumsi acara apapun yang ada di tv. Entah apa sebabnya, yang jelas mereka menolak menonton tv meskipun fasilitas ini tersedia di sekitar mereka. Di jaman serba informasi cepat sekarang ini, rasanya hampir mustahil menemukan orang semacam ini. Mungkin anda tau??
  3. Orang primitif, atau biasa disebut suku pedalaman. Hal ini dikarenakan memang fasilitas ini tidak tersedia di tempat tinggal sekitar mereka, atau juga karena dibatasi adat yang tidak membolehkan kehidupan modern memasuki dunia mereka.

Karena orang tipe 2 dan 3 adalah sangat sedikit jumlahnya, maka secara otomatis mayoritas adalah dipegang orang jenis 1. Yang artinya, sangat banyak masyarakat kita saat ini yang menjadi konsumen acara-acara di tv.

Saya kira, acara di tv lokal jauh lebih bagus di jaman dulu, sekitar 10 tahun yang lalu, dimana acaranya sendiri mengambil langsung dari siaran luar negeri. Saat itu format acara lokal belum banyak menjamur seperti sekarang. Jadi, banyak siaran luar negeri yang dibeli hak siarnya dan disiarkan di stasiun tv lokal. Sebut saja beberapa film seri barat, kartun jepang, animasi anak, telenovela, kuis, film mandarin, film korea, ludruk dan sebagainya, ya meskipun saya tidak bisa menonton menyukai semuanya (nggak mungkinlah saya bisa tonton semuanya, emang hidup cuman di depan tv aja apa…). Ada kalanya saya merindukan masa-masa itu dan berharap film-film jadul tersebut ada yang berkenan memutarkannya lagi di stasiun tv lokal.

Coba tengok format acara di tv lokal jaman sekarang (baik yang bertaraf lokal maupun nasional), mereka menampilkan konten yang hampir sama. Monoton, mudah ditebak, membosankan, tidak masuk akal, terlampau konyol, penuh prasangka, tidak mendidik, dan bahkan membodohi. Ada yang mau menambahkan lagi??

Berikut adalah tipikal film yang diputar dengan format acara lokal :

  1. Acara komedi yang terlampau konyol dan tidak masuk akal bahkan terkesan sangat-sangat bodoh. Coba kita lihat film warkop jaman dulu, lucu dan konyol, tapi masih masuk akal dan menghibur. Ada lagi, film komedi luar negeri ternama, Mr. Bean, memang konyol dan lucu, tapi alur ceritanya bisa dikemas menarik, pintar, tidak membosankan, natural dan punya pesan moral. Bandingkan dengan acara komedi sekarang. Mulai dari dialognya, aktingnya, jalan ceritanya, aktornya, ada yang bisa mengambil hikmah dari film ini?
  2. Film anak buatan lokal jaman sekarang terlalu didramtisir. Dicampur dengan cerita khayalan dan efek yang sangat tidak berseni alias kentara banget visualisasi komputernya (garapannya kasar banget cuy…). jelas-jelas menayangkan hal yang mustahil, yang tidak mendidik, mitos yang seharusnya sangat tidak perlu diangkat ceritanya (film yang judulnya ada legenda-legendanya itu loh), karena banyak perilaku dan kata-kata dalam film tersebut yang pada akhirnya ditiru oleh para pemirsa kecil (anak-anak maksudnya). Ini tidak melatih daya imajenasi mereka, malahan membodohi mereka untuk percaya terhadap hal yang berbau tahayul dan mustahil karena berdasarkan mitos.
  3. Film remajanya, mudah dikonsumsi luas oleh berbagai kelangan. Mulai dari remajanya sendiri, anak-anak, ibu-ibu rumah tangga, pekerja, bahkan pembantu. Mengapa begitu banyak peminatnya? Padahal kalo kita coba cermati, inti ceritanya itu sama saja, mengandung 4 hal, yaitu asmara, air mata dan kekejaman dan harta. Yang kisah cintanya terlalu indah, ngegombal abis, yang sedikit-sedikit nangis, kekejaman yang terlampau mengada-ngada untuk ditampilkan, rebutan kekayaan serta rebutan pacar. Belum lagi model fashion dan gaya hidup yang ditampilkan, sungguh tidak mendidik, melecehkan kehormatan kaum wanita, hedonis dan mengumbar maksiat. Semuanya terlalu didramatisir, jalan ceritanya pun mudah ditebak dan ending yang hampir selalu sama. Tidak ada nilai pendidikan dan seninya sama sekali (kecuali pemandangan alam yang jadi background-nya).
  4. Acara infotainment yang jika lagi ada isu hot dalam negeri, maka berbondong-bondong belasan acara infotainment di berbagai stasiun tv, baik lokal maupun multinasional, semuanya menayangkan acara yang sama. Suka membesar-besarkan masalah, memfitnah, menakuti masyarakat, menjadikan hal privasi sebagai konsumsi publik, membahas sesuatu yang tidak penting, dan hal lainnya yang cuman bisa menambah dosa saja bagi pemirsanya.
  5. Bagaimana dengan acar kuis yang ditayangkan? Format acara seperti inilah yang paling sering ditiru dari acara luar negeri. Berbagai acara kuis (atau semacamnya) yang telah sukses di luar negeri, langsung saja di copas mirip persis. Yang beda cuman pembawa acara, bahasa, peserta dan nominal hadiahnya saja, bahkan background dan gadget yang digunakan pun dibuat semirip mungkin. Sungguh sangat kreatif dalam meng-copy paste. Hal ini juga berlaku untuk acara pencarian bakat yang kini sedang marak, bahkan setiap stasiun tv nasional hampir memilikinya. Tetap saja, intinya sama.
  6. Yang lebih heboh, dan menjengkelkan, adalah film bioskopnya. Tidak jauh dari versi sinetronnya, bahkan ini jauh lebih vulgar, lebih tidak senonoh, lebih tidak masuk akal. Yang temanya romantis, ya menjual kisah sedih, asmara, rebutan pacar, rebutan harta, penuh air mata, sumpah serapah, dan ya gitu deh, tau sendiri kan. Sedangkan yang lebih parah adalah bertemakan horor, dimana didalamnya dengan terang-terangan mengusung format pornografi, adegan vulgar, pakaian minim yang menantang, na’udzubillah mindzalik. Kok saya bisa tau? Jangan-jangan diam-diam saya juga punya koleksinya? Nggak usah dilihat, cukup mengamati review dari internet, sinospsis jalan ceritanya, capture beberapa scene-nya, dan poster filmnya, dari situ tanpa harus melihat film utuhnya, sudah bisa ditebak gimana format acaranya, jalan ceritanya bahkan ending-nya. Sudah sebegitu majunya memang perfilman tanah air, tapi kok ya semakin parah dan berani menampilkan adegan panas untuk umum. Bukti bahwa moral bangsa kita sudah bobrok, sehingga tanyangan yang demikian pun dianggap sudah layak dan umum untuk dikonsumsi publik. Film horor dicampur bumbu pornografi dan pornoaksi, campuran yang jitu untuk membodohi masyarakat. Indonesia memang negeri mistis, tapi konten misteri yang dijual tak ayal membuat masyarakat menjadi skeptis dan penakut, padahal belum tentu tuh si setan doyan ngegoda manusia, emang dasar manusianya saja yang lebay.
  7. Bagaimana dengan acara reality show-nya? Ini malah sangat memalukan, layaknya manusia sudah tidak punya rasa malu dan privasi, dimana segala aktifitasnya rela direkam. Iya kalo itu memang real, tapi bagaimana kalo itu buatan juga? Alias sudah diskenario sebelumnya dan aktingnya kentara banget. Belum lagi acara kejar-kejar setan, pake’ hunting lokasi di tempat serem, sampai ke kuburan. Ngapain coba? Cuman buat ngegodain setan dengan alasan uji nyali. Lah, kalo makhluk begituan mah di rumah anda-anda sendiri dan sekitarnya juga banyak, ngapain musti musti jauh-jauh. Toh karena kita kurang sakti aja, jadi tidak bisa melihat mereka, harus pakai acara bakar menyan dan panggil paranormal dulu baru bisa. Kurang kerjaan apa kita gangguin setan, harusnya itu kerjaan mereka.

Dengan segudang acara yang tidak bermutu tersebut, kok bisa-bisanya ya mereka mendapat ijin penyiaran. Ini karena kelicikan produser, kebodohan sutradara sekarang, apa kelengahan lembaga sensor/komisi penyiaran? Yang jelas, biang keladinya cuman 1, yaitu UANG. Ya karena uanglah, mereka tidak perduli dengan kualitas acara mereka, tidak mau tau menahu bahwa sebenarnya telah banyak jatuh korban akibat acara mereka, yang penting bisa terus menghasilkan uang. Tidak perduli bahwa mereka menyebarkan maksiat dan pengaruh negatif terhadap para pemirsanya.

Yang lebih celakanya lagi, banyak juga yang menonton acara-acara tersebut. Ya mau gimana lagi, satu-satunya hiburan gratis di rumah ya cuman tv, karena tidak ada acara yang bermutu, mau tidak mau, maka itulah yang mereka konsumsi. Terus menerus setiap hari, lama-lama menjadi ketagihan dan melekat menjadi karakter. Efek jeleknya sih mungkin tidak langsung terasa, tapi dalam jangka panjang bisa benar-benar merusak sisi psikologis pemirsanya. Sebab, apa yang mereka lihat dan dengar, itulah yang akan mereka tiru. Alam sadar yang terus menerus merekam kebiasaan menonton tv kita yang tanpa kita sadari dapat merubah menjadi suatu karakter. Dari mana datangnya sikap lebay dan alay, dari tv. Dari mana datangnya rasa malas saat belajar, dari tv. Dari mana datangnya kurangnya rasa tanggung jawab ibu-ibu rumah tangga yang harus mengurusi kegiatan rumah tangganya, seperti mengurus anak dan suami, dari tv. Kenapa? Karena sebagian besar waktu mereka dihabiskan di depan tv, yang secara tidak sadar membuat mereka ketagihan dan rela melalaikan tanggung jawab dan kewajiban dikarenakan efek negativ dari banyak menonton tv.

Apa yang terjadi dengan :

  1. Aktifitas belajar anak. Jika ternyata orang tua yang menyuruh dan mengawasinya belajar, justru malah nyambi nonton tv, otomatis sang anakpun akan mengikuti, cepat/lambat.
  2. Aktifitas membaca buku. Yang tergantikan akibat keenakan melihat tv tanpa berfikir daripada membaca buku yang melatih imajenasi.
  3. Bercengkrama dengan orang tua. Malah ada sekeluarga yang menonton sinetron bersama. Atau malah ribu sendiri rebutan remot untuk menonton acara kesayangan masing-masing, malah berpotensi berantem.
  4. Kekhusyukan dan ketepatan waktu dalam beribadah. Karena jadwal ibadah kita bertepatan dengan jadwal main suatu acara di tv, bisa jadi kekhusyukan kita sangat terganggu/malah jadwal ibadah dimundurkan setelah menonton acara tv, masyaallah… padahal itu tidak setara dengan manfaat yang diperoleh.
  5. Kegiatan jasmani. Demi dapat menonton acara kesayangan, kita rela melalaikan beberapa tanggung jawab, misalnya malas mencuci piring sehabis makan dikarenakan acara kesayangannya masih main.
  6. Dan berbagai hal lain yang kin posisinya digantikan dengan duduk manis di depan tv.

Memang tidak semua acara tv seperti itu, tapi seperti yang kita tahu, kebanyakan memang seperti itu, terutama untuk porsi sinetron dan tayangan infotainment yang mendapatkan rating paling tinggi di antara acara lainnya. Alangkah baiknya kita punya acara sendiri selain dari menonton tv, kegiatan yang positif, yang bisa melatih kretivitas, yang meningkatkan imtaq, dan kegiatan lain yang tidak menyianyiakan waktu. Dan semoga para produser film maupun acara tv bisa sadar dan melihat akibat buruk yang diwariskannya untuk para pemirsanya, dan mampu memberikan suguhan acara yang benar-benar bermutu, cerdas, dan mendidik.

Enam (6) alasan di atas sudah membuat saya geleng-geleng 7 keliling, apa masih ada yang mau menambahkan/mengoreksi. Mungkin saya mengulasnya terlalu lebay dan berlebihan, terkesan menghasut dan menjelek-jelekkan. Kalau ada yang tidak terima, silahkan komplain di coment. Tapi saya benar-benar jengah dengan sederet acara yang ditayangkan namun tidak ada manfaat sama sekali yang dapat diambil.

Daripada kita menghabiskan waktu berjam-jam di depan tv untuk menonton acara yang tidak bermutu, lebih baik kita alokasikan waktu kita yang sangat berharga ini untuk hal lain yang dapat mendatangkan manfaat dan tidak membuahkan penyesalan kelak. Insyaallah, semoga niat berubah baik ini dapat menjadi nyata segera, amin…

3 Tanggapan to “Kualitas Tayangan Televisi Jaman Sekarang”

  1. grandchief Says:

    Setuju,jarang ada film bagus yang bisa di tonton di TV,jadinya nggak kebagian nonton TV deh mbak,apalagi kalau ada acara Sinetron,haduh….terlalu aneh ceritanya 😀

    Suka

  2. windira Says:

    saya juga bikin artikel serupa nih.. dan baru baca-baca ternyata setahun yg lalu ada yang sependapat sama saya, hehehe.. maklum tanggal postingan ini kebetulan saya belum punya blog. Salam kenal ya, kapan-kapan maen ke blog saya.

    Suka


Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.